Optimalisasi Perpustakaan sekolah dalam menumbuhkan minat baca Siswa
Menurut WORLD BANK Indonesia termasuk terbelakang dalam segi minat baca masyarakatnya yakni 51,7 %, angka itu masih kalah dengan Negara tetangga kita yakni Filipina, Thailand, dan Singapura yang tepat diatas Negara kita.
Apalagi jika dibandingkan dengan Negara Asia lainnya seperti Jepang yang notabene sudah menjadi Negara maju didunia karena minat baca orang jepang sangat tinggi. Problem minat baca harus ditanggapi secara serius, Perpustakaan sangat penting keberadaanya yaitu sebagai
Apalagi jika dibandingkan dengan Negara Asia lainnya seperti Jepang yang notabene sudah menjadi Negara maju didunia karena minat baca orang jepang sangat tinggi. Problem minat baca harus ditanggapi secara serius, Perpustakaan sangat penting keberadaanya yaitu sebagai
- · Sumber belajar dilingkungan sekolah
- · Merupakan salah satu komponen system belajar
- · Sebagai labolatorium belajar
Mungkin cara yang perlu dilakukan dalam menumbuhkan minat baca diantaranya :
Optimalisasi peran Guru, yakni dengan memberi semangat/ motivasi terhadap siswa, misalnya dengan menceritakan tokoh ataupun orang-orang yang sukses dalam meraih cita-cita dengan membaca serta member pemahaman kepada siswa mengenai arti penting membaca.
Optimalisasi Perpustakaan Sekolah, yakni dengan mengidentifikasi bahan pustaka yang menunjang bagi proses pembelajaran, mengidentifikasi pokok bahasan guna menentukan materi, menyusun jadwal kujungan, deskripsi tugas untuk siswa, membimbing siswa mengenai teknik-teknik membaca yang baik, dan Pustakawan harus mengubah cara berpikir siswa mengenai buku.
Kenapa minat baca perlu ditumbuhkan sejak kecil ? sebab minat baca orang Indonesia sangat rendah dan perlu ditumbuhklan sejak kecil. Berdasarkan data yang saya ambil dari Kompas edisi 29 februari 2012 bahwasanya minat baca orang Indonesia masih rendah karena beberapa factor.
Lebih lengkapnya dibawah ini..
Angka produksi buku di Indonesia sampai saat ini masih belum membanggakan. "Kita masih setara dengan Malaysia dan Vietnam, padahal jumlah penduduk Indonesia lebih banyak. Kondisi ini tidak masuk akal," kata Direktur Eksekutif Kompas Gramedia, Suwandi S Subrata, dalam jumpa pers usai pembukaan Gramedia Fair di Istora Senayan Jakarta, Rabu (29/2/2012).
Suwandi menyebutkan, tahun 2011 tercatat produksi buku di Indonesia sekitar 20.000 judul. Dari sisi oplah, Indonesia memang lebih tinggi jika dibandingkan Malaysia. Untuk penerbit besar, umumnya satu buku dicetak sebanyak 3.000 eksemplar. Adapun di Malaysia sekitar 1.500 eksemplar per buku, atau hampir sama dengan penerbit kecil di Indonesia.
Jika dibandingkan dengan penduduk Indonesia yang sekitar 240 juta, tentu angka-angka produksi buku di Indonesia masih belum masuk akal. Kira-kira satu buku dibaca 80.000 orang. "Jadi,
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan kita yang peduli dengan masalah minat baca masyarakat yang belum menggembirakan masih harus bekerja lebih keras lagi," tutur Suwandi.
Komisaris PT Bank Central Asia, Raden Pardede, menyatakan ikut mendukung agar buku dapat dibaca sebanyak mungkin masyarakat Indonesia, termasuk anak-anak muda yang kini lebih gemar dengan media jejaring sosial.
"Anak-anak kita butuh membaca buku untuk meningkatkan pengetahuan. Karena itu, kami ikut mendukung pendidikan untuk meningkatkan minat baca yang antara lain bekerja sama dengan Gramedia sebagai toko buku yang memimpin pasar saat ini," kata Raden.
Sumber : kesimpulan pada Seminar Bakti Pustaka 2011 dan Kompas.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar